Isu BPA Bukan Hoaks, Alasan Konsumen Tak Perlu Khawatir Mengonsumsi AMDK Galon Polikarbonat

by -327 Views

Ilustrasi air kemasan dalam galon. Foto: Dokumentasi JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan aturan terkait pelabelan bisphenol a (BPA) terhadap galon polikarbonat (PC). BPOM berdalih aturan tersebut dikeluarkan lantaran BPA berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Meski demikian, hal tersebut ditentang sejumlah praktisi kesehatan. Mereka berpendapat penggunaan galon PC untuk air minum masih aman dan tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan apapun. Dokter kandungan Abraham Dian Winarto menjelaskan air dalam air mineral dalam kemasan (AMDK) dipastikan bukan penyebab kemandulan dan gangguan kesehatan lainnya. Apalagi, semua kemasan pangan telah mendapatkan izin edar dari BPOM dan kementerian/lembaga lain sebelumnya. “Intinya suatu air kemasan yang beredar apalagi bermerek tentunya sudah melalui prosedur yang ketat dari BPOM sehingga pasti aman,” kata Abraham Dian Winarto. Anggota perkumpulan ginekologi Indonesia (POGI) ini mengaku belum pernah mendapatkan keluhan dari satu pun pasien yang mengaku mandul akibat meminum air dari galon PC. Artinya, sambung dia, tidak ada korelasi antara meminum air galon yang dapat diisi ulang dengan kemandulan. “Sampai sejauh ini yang dibilang kasus mandul karena kemasan galon, selama saya praktek selama 15 tahun ini sih enggak ada tuh,” ujarnya. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan ini berpendapat korelasi antara galon PC dan kemandulan masih butuh penelitian lebih lanjut. Dia meminta agar masyarakat tidak mudah termakan dengan isu sumir dan tidak memiliki dasar yang jelas. Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan belum ada bukti bahwa BPA yang terdapat dalam galon PC dapat mempengaruhi kesehatan dan menyebabkan kanker. Dia mengungkapkan bukti ilmiah mengungkapkan kanker lebih banyak disebabkan oleh obesitas, gaya hidup kurang olahraga, dan pola makan tidak sehat. “BPA belum bisa dikaitkan dengan kanker karena datanya belum ada, data belum cukup,” kata Prof Aru. Lebih lanjut Prof Aru mengatakan pengaruh zat kimiawi dari lingkungan sangat kecil dibanding tiga faktor tersebut. Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) ini mengatakan, hanya sekitar 2 persen paparan zat kimia dapat menimbulkan kanker. “Isu rokok lebih penting dikaitkan dengan kanker dibandingkan BPA. Sekali lagi, masih ada konflik data terkait BPA menyebabkan kanker,” tegasnya. Dokter spesialis anak Diatrie Anindyajati juga membantah BPA bisa menyebabkan obesitas.

Ini alasan konsumen tak perlu ragu konsumsi AMDK galon polikarbonat, simak pendapat sejumlah praktisi kesehatan