Kesulitan Dalam Memilih dan Berjuang

by -235 Views

Selama 20 tahun terakhir, saya telah membawa pesan yang kurang lebih sama dengan yang terdapat di dalam buku ini. Saya sering dihadapi dengan ancaman dari lawan politik yang mencoba untuk merusak reputasi saya. Mereka menggambarkan saya sebagai seseorang yang haus kekuasaan dan suka menggunakan kekerasan, padahal kenyataannya saya selalu berusaha untuk menjaga perdamaian.

Sebagai seorang mantan prajurit, saya mengerti betapa mengerikannya perang. Saya telah kehilangan rekan-rekan prajurit terbaik saya dan saya telah melihat korban-korban perang. Oleh karena itu, saya selalu mengutamakan jalur perdamaian. Namun, fitnah-fitnah keji terus dihadapkan kepada saya. Saya bahkan dituduh ingin menutup gereja, padahal sebagian besar keluarga saya adalah Kristen.

Saya bersumpah untuk membela seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang suku, agama, atau ras. Saya telah berjuang dengan nyawa saya sendiri dan kehilangan banyak anak buah saya dari berbagai latar belakang. Bagaimana mungkin saya melupakan pengorbanan mereka?

Saya juga pernah difitnah sebagai orang yang anti terhadap etnis Tionghoa, padahal saya selalu membela semua kelompok minoritas. Fitnah-fitnah ini hanyalah bagian dari politik yang keji. Saya selalu menyeru kepada pendukung dan sahabat-sahabat saya untuk tetap sabar dan tenang, dan tidak membalas kedengkian dengan kedengkian.

Saya meminta agar setiap orang yang membaca buku ini merenungkan pendapat, sikap, dan jawaban mereka. Apakah kita akan bersama-sama membela kebenaran, atau kita akan menyerah kepada ketidakbenaran, kecurangan, dan kezaliman?

Di hari-hari yang akan datang, saya mengajak semua orang untuk bersiap-siap menghadapi masa depan. Saya memilih untuk berjuang sesuai dengan konstitusi dan tidak mau menyerah kepada keadaan yang tidak benar dan tidak adil. Saya yakin bahwa Indonesia saat ini terkena campur tangan asing yang ingin melemahkan dan memiskinkan negara kita.

Saya percaya bahwa kebersamaan dan kerja sama adalah kunci untuk sukseskan demokrasi kita. Kita harus bersatu untuk menawarkan alternatif pilihan bagi rakyat. Kaum intelektual Indonesia harus menjadi kekuatan penentu yang damai, memberi kesejukan, dan tidak membiarkan ketidakadilan terus terjadi.

Saya membutuhkan dukungan riil dan konkret dari semua orang. Kita harus waspada dan saling mengingatkan serta mendukung satu sama lain. Bersama, kita harus membuktikan bahwa rakyat Indonesia masih punya cita-cita yang luhur, harga diri, dan tidak mau menjadi budak. Kita harus memimpin dengan membresarkan apa yang benar dan menegaskan apa yang salah.

Saya percaya bahwa satyagraha, perlawanan tanpa kekerasan, adalah landasan perjuangan kita. Oleh karena itu, saya butuh dukungan dari Anda semua.