MAJOR GENERAL TNI (RET.) SUHARTONO SURATMAN

by -68 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Selain menjadi atlet anggar, Pak Tono juga merupakan penembak yang handal. Dia juga sangat pandai berenang. Biasanya, seseorang yang pandai dalam freefall tidak pandai menyelam, atau seorang penyelam tidak pandai dalam freefall. Namun, Pak Tono unggul dalam kedua-duanya, freefall dan menyelam. Dia adalah anggota Pasukan Katak. Dia juga sangat mahir dalam karate. Saya sering bilang bahwa dia adalah seorang Perwira TNI yang memberikan contoh yang sangat baik dan seharusnya menjadi panutan bagi anak buahnya dan generasi mendatang.

Ketika saya ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan, saya sedang mencari orang yang cocok untuk menjadi kepala SMA Taruna Nusantara. Saya bertanya, ‘Pak Tono Suratman, apakah Anda bersedia menjadi Kepala SMA Taruna Nusantara?’

‘Saya bersedia’. Bayangkan patriotisme lelaki ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi PANGDAM Kalimantan. Sekarang dia sudah pensiun, namun dia bersedia menjadi kepala SMA Taruna Nusantara.

Tono Suratman adalah juniorku selama satu tahun. Kami sudah bersama-sama untuk beberapa waktu. Meskipun ada perbedaan usia, kami sangat dekat. Bagi saya, dia seperti adik sendiri. Saat kami masih bujang, dia sering menginap di rumah orang tua saya di Kebayoran Baru, di Jalan Kertanegara nomor 4.

Saat saya menjadi Komandan Kompi (DANKI), dia adalah Komandan Peleton (DANTON) 1. Kami berdua ditugaskan di Timor Timur. Dia bergabung dengan Nanggala 28. Kodenya Kancil; sedangkan dia adalah Kancil Satu. Di sana, saya melihat bagaimana dia unggul sebagai seorang perwira lapangan.

Sejak menjadi taruna, Pak Tono sangat aktif dalam olahraga. Dia pernah menjadi anggota tim anggar nasional. Dia juga anggota tim renang AKMIL; dan seorang penembak yang handal pula.

Dia sangat menonjol sebagai seorang perwira muda di KOPASSUS. Saat saya menjadi Wakil Komandan Detasemen 81, saya menyarankan kepada Pak Luhut sebagai atasanku untuk menugaskan Pak Tono sebagai Komandan Pasukan Katak satuan antiteror. Sejak itu, saya sering pergi ke medan pertempuran bersama Pak Tono.

Dalam karirnya, akhirnya dia menjadi Komandan grup Para-Komando KOPASSUS 1. Dia juga menggantikan posisi saya sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan KOPASSUS (PUSDIKPASSUS). Dia juga memimpin pasukan Rajawali, yang terdiri dari kompi-kompi terbaik dari semua KODAM. Kompi-kompi ini secara khusus dilatih dalam taktik anti gerilya, yang kami beri nama pasukan pemburu. Setelah pelatihan, pasukan Rajawali dikerahkan ke Timor Timur. Pasukan ini sangat efektif dalam pertempuran. Ini adalah cikal bakal Batalyon Raiders yang dibentuk oleh Jenderal Ryamizard Ryacudu sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.

 

Selain menjadi atlet anggar, Pak Tono juga seorang penembak yang handal. Dia sangat mahir dalam menembak pistol, senapan serbu, dan lain-lain. Dia juga seorang perenang yang sangat baik, tidak heran, karena dia pernah memimpin Pasukan Katak Detasemen 81. Dia berlatih dengan Pasukan Katak elit Angkatan Laut (KOPASKA). Selain itu, dia juga seorang penyelam tempur yang luar biasa dan parasutis freefall.

Biasanya, seseorang yang sangat baik dalam freefall tidak pandai menyelam, begitu juga sebaliknya. Namun, Pak Tono unggul dalam keduanya. Dia juga sangat pandai dalam karate. Dia adalah orang yang berpengetahuan luas. Saya sering bilang bahwa dia adalah panutan yang hebat dan diidolakan oleh para perwira dan generasi muda.

Ketika saya ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan, saya bertekad untuk meningkatkan SMA Taruna Nusantara, yang didirikan di bawah naungan Kementerian Pertahanan. SMA Taruna Nusantara didirikan oleh Pak Benny Moerdani. Ketika saya masih seorang perwira muda, saya terlibat dalam merancang konsep awal sekolah tersebut dan mempresentasikannya kepada Pak Benny Moerdani.

Ketika saya ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang cocok untuk menjadi kepala sekolah, jadi saya menanyakan kepada Pak Tono. ‘Pak Tono, apakah Anda bersedia menjadi Kepala SMA Taruna Nusantara?’

Siap. Saya bersedia!’, jawab Pak Tono tanpa ragu.

Bayangkan patriotisme lelaki ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Panglima Komando Daerah Militer di Kalimantan. Dia sudah pensiun, namun dia bersedia menjadi kepala SMA Taruna Nusantara. Dia menganggap sekolah itu sebagai ‘sekolah tata bahasa’ untuk mendidik dan melatih siswa yang luar biasa yang nantinya akan menjadi pemimpin superior, penting untuk masa depan negara dan bangsa. Pak Tono adalah juniorku yang kepemimpinannya harus diajarkan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Menurut pendapat saya, seharusnya dia menjadi komandan Pasukan Khusus Indonesia karena dia adalah perwira komando yang lebih baik dari saya, dan mungkin bahkan menjadi Panglima KOSTRAD.

Source link