Anak Pasutri Tunanetra Semarang Kecewa Ditolak Jalur Afirmasi PPDB SMA, Orang Mampu Malah Keterima: Kisah Pahit di Sekolah

by -64 Views

Sabtu, 06 Juli 2024 – 14:55 WIB

Ilustrasi protes regulasi PPDB. FOTO: Ricardo/JPNN.com.

jateng.jpnn.com, SEMARANG – Ancaman tak bisa bersekolah membayang-bayangi seorang calon siswi bernama Vita Azahra di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

Putri dari pasangan suami istri (pasutri) penyandang disabilitas tunanetra ini tak bisa mendaftar sekolah pada Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB 2024.

Sedianya, anak berusia 15 tahun itu akan mendaftar PPDB jenjang sekolah menengah atas atau SMA negeri lewat jalur afirmasi karena berasal dari keluarga kurang mampu.

Lulusan SMP Negeri 33 Semarang ini memilih sekolah tujuan di SMA Negeri 9 Semarang dan SMA Negeri 15 Semarang. Namun, belum sampai mendaftar dirinya ditolak sistem. Kini, harapannya bisa diterima di salah satu sekolah itu pupus.

Kedua orang tuanya, Warsito (39) dan Uminiya (42) yang sudah tidak bisa melihat hanya mengandalkan jasa pijat di rumah kontrakan Jalan Gondang Raya 17, RT 003, RW 001, Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

Keluarga kecil ini tinggal di rumah kontrakan sempit, jauh dari kata sederhana. Satu petak rumah sewa itu hanya berukuran 4 × 4 meter.

Kontrakan di permukiman padat penduduk tak jauh dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu multi fungsi. Siang hari difungsikan sebagai tempat layanan pijat, malamnya untuk beristirahat.

Dengan kondisi yang seharusnya dia masuk kategori P1 (miskin ekstrem), tetapi pada data terpadu kesejahteraan sosial atau DTKS Kementerian Sosial tercatat sebagai P4 (rentan miskin).

Kecewa orang mampu keterima jalur afirmasi PPDB SMA 2024, begini cerita anak pasutri tunanetra Semarang yang terancam tak sekolah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News